Sabtu, 27 April 2013


           Disebua rumah, hiduplah sekelompok cecak. Mereka hidup damai dan bahagia. Saling membantu dan bekerjasama mencari makanan. Suka duka dibagi bersama.
              Suatu saat,rumah tempat mereka hidup dan mencari makan, dibongkar. Rumah itu akan diperbaiki dan dijadikan rumah yang lebih mewah daripada rumah  sebelumnya. Hal ini tentu saja membuat mereka terpaksa mengungsi, atau setidaknya mencari tempat perlindungan.
           Pada hari yang ditentukan, dibongkarlah rumah itu. Namun, hanya sebagian yang dibongkar. Pemilik itu hanya mengganti kusen-kusen dan perabotan lain yang sudah tua, serta memperluas pekarangan. Rumah yang tadinya terlihat kumuh, setelah direhab, jadi terlihat lebih bagus dan mewah.
                  Beberapa hari kemudian, selesailah rumah itu diperbagus. Maka, diadakanlah syukuran untuk mengawali diisinya rumah itu. Si pemilik rumah sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk acara syukuran. Tetangga dekat dan jauh tak luput dari undangan. Si pemilik rumah ingin agar kebahagiaan yang ia rasakan bisa terasa juga oleh para tetangganya. Selain itu, ia juga ingin kenal lebih jauh dengan tetangganya.
Istri Pak Sabar, si pemilik rumah, sibuk memasak di dapur. Segala bahan makanan yang ada di pasar, diangkutnya ke rumah. Saat itu, mereka akan makan besar bersama para tetangga.
                Ketika Bu Sabar sedang memasak, ia dikagetkan dengan suara di balik engsel pintu dapur. Dengan penuh selidik, Bu Sabar mendekat kearah suara itu. Alangkah terkejutnya Bu Sabar ketika melihat sumber suara itu. Seekor cecak sedang terjepit, tak bisa melepaskan diri. Biasanya, cecak memutuskan ekornya untuk melepaskan diri. Namun kali ini ia tak bisa berbuat apa-apa, karena tubuhnya terjepit. Jadi, percuma saja ia memutuskan ekornya.
                   Bu Sabar yang penyayang binatang ini begitu kasihan melihat nasib cecak. Tetapi, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Karena, tubuh cecak itu benar-benar terjepit. Sedangkan solusi satu-satunya adalah dengan cara membongkar engsel pintu tersebut. Itu tentu saja memakan biaya lagi. Dan tidak menutup kemungkinan, cecak itu juga ikut terluka. Akhirnya, cecak itu di diamkan oleh Bu Sabar, karena ia juga cukup sibuk dengan kegiatannya.
 Acara syukuran berlangsung cukup meriah. Pak Sabar dan Bu Sabar mencoba untuk mengakrabkan diri dengan para tetangganya. Demikian pula sebaliknya. Dengan suasana yang akrab seperti itu, Bu Sabar jadi lupa dengan cecak yang terjepit di balik engsel pinti itu.
Sepuluh tahun telah berlalu. Pak Sabara dan Bu Sabar hidup bahagia. Mereka dikaruniai dua orang anak.
             Kebahagiaan keluarga itu makin lengkap, tatkala saudara-saudaranya yang jauh kini datang berkunjung. Bu Sabar pun kembali memasak untuk tamunya. Di saat itulah, ia jadi teringat dengan cecak yang terjepit, yang dahulu ia lihat. Dengan penasaran, di lihatnya cecak itu. Alangkah terkejutnya Bu Sabar, karena cecak itu masih hidup, meski masih terpasung. Bu Sabar diliputi keheranan. Tetapi, karena hidungnya tiba-tiba menangkap bau masakan yang gosong, bergegas ia menghampiri masakannya.
Sengaja Bu Sabar melupakan cecak itu, karena takut tamunya pada kelaparan. Maka masakannya punsegera di selesaikan. Setelah itu, mereka makan bersama. Namun, Bu Sabar tidak bisa melupakan dan menghapus keheranannya dengan cecak yang terpasung selama sepuluh tahun, namun mampu bertahan hidup.
Malamnya, Bu Sabar tidak mampu memejamkan matanya. Maka, untuk memuaskan rasa penasarannya, ia kembali melihat cecak itu. Kembali Bu Sabar dibuat terkejut, setelah apa yang telah dilihatnya. Beberapa ekor cecak Nampak mengerubungi cecak yang terpasung itu. Mereka menyuapi cecak itu.
                    Kini, mengertilah Bu Sabar bahwa cecak itu bisa bertahan hidup dalam kurun waktu sepuluh tahun. Karena dibantu oleh cecak yang lainnya.
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.
0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar