Kamis, 09 Mei 2013

Suatu hari, kelas 3 SMA Harapan Jaya kedatang seorang guru baru. Setelah guru tersebut diperkenalkan oleh kepada sekolah, maka langsung guru itu mengajar. Akan tetapi, gaya mengajarnya laind aripada yang lain sehingga ia banyak disukai oleh murid-muridnya.

“Baiklah anak-anak, hari ini ibu minta agar kalian membuat gambar yang mencerminkan kepribadian kalian masing-masing!”.

Tanpa menunggu komando yang kedua kalinya, mereka langsung mengerjakan tugas yang di berikan. Karena mereka hanya diberikan waktu lima menit saja.

Macam-macam yang mereka gambar. Namun, waktu lima menit yang diberikan dirasa tidak cukup, karena agak susah juga membuat gambar yang mencerminkan kepribadian masing-masing. Akan tetapi, guru tersebut menyudahi kerja anak-anak.

“Bailah anak-anak, setelah kalian selesai menggambar kepribadian kalian,s aatnya untuk melakukan presentasi. Silakan, siapa yang mau duluan?!”.

Anak-anak saling berpandangan. Namun, dari belakang seorang siswa mengacungkan tangannya. Dang langsung dipersilakan oleh ibu guru. Siswa ini PD-nya maju kedepan. Dan langsung menunjukkan gambar yang ia buat.

“Teman-teman, inilah gambar yang saya buat!” sembari menunjukkan gambarnya di kertas.

Kontan anak-anak tertawa, karena gambar yangia buat oleh siswa itu adalah sebuah gambar uang logam senilali dua puluh lima rupiah. Kegaduhan anak-anak diredakan oleh guru.

“Anto, coba kamu jelaskan kenapa kamu menggambar itu?”

“Saya menggambar ini karena tanggal dua lima adalah tanggal kelahiran saya.”

Anto kemudian kembali duduk. Didi lalu memebranikan diri maju kedapan. Kali ini, tidak jauh berbeda dengan Anto. Didi menggambar kacang.

“Kamu kenapa menggambarkan dirimu dalam bentuk kacang?” Tanya guru.

“Karena saya “garing”!” Didi langsung duduk.

“Silahkan, ada lagi yang berani!”

Seorang siswi berjilbab panjang, bernama Khumaira, mengacungkan tangannya, dan langsung maju kedepan setelah dipersilahkan oleh ibu guru.

“Saya menggambar ini,” ujar siswi itu sambil memperlihatkan gambarnya.

Gambar itu berupa bunga mawar dengan duri-durinya. Dan di belakang mawar tersebut, diberi warna hitam.

“Coba kamu jelaskan makna gambar yang kamu buat!” perintah bu guru.

“Mawar adalah saya. Saya adalah bunga mawar yang indah.”

“Lalu, kenapa mawar itu banyak durinya?” Tanya bu guru.

“Mawar yang sempurna adalah mawar yang berduri!” tegas siswi itu.

“Bukankah itu akan menyakiti orang yang hendak memetiknya?” Tanya bu guru.

“Sekali lagi saya tegaskan, bahwa mawar yang sempurna adalah mawar yang berduri. Banyak yang mengatakan, keindahan mawar itu tercoreng karena adanya duri. Padahal, duri itulah yang membuat mawar Nampak indah. Kenapa ? Karena dengan duri itu tidak sembarang orang bisa seenaknya menyentuh atau memetik sang mawar. Duri itu adalah fitrah saya sebagai seorang wanita. Yang tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, kecuali muhrim saya ! Karena orang yang sembarangan menyentuhnya akan terkena duri-duri mawar yang tajam.”

“Lalu, kenapa Background-nya hitam ? tidak dengan warna lain, hijau, biru atau warna yang lainnya ?” Bu guru makin penasaran.

“Saya memilih warna hitam, karena bunga mawar tersebut berada di tepi jurang.”
“Kenapa?”

“Saya tidak mau menjadi bunga yang tumbuh di taman. Meski memiliki duri, namun semua orang bisa melihatnya dan bisa pula memtiknya. Lain halnya dengan bunga yang tumbuh di tepi jurang, tidak setiap orang mampu memetiknya. Orang yang ingin memetik bunga itu harus melakukan pengorbanan yang luar biasa. Orang yang ingin memetik bunga itu pastilah bukan orang sembarangan. Dia adalah orang yang mau berkorban bahkan mengorbankan nyawanya untuk bisa memetik bunga tersebut.”

“orang yang kelak memetik saya, atau yang menjadi suami saya, pastilah bukan orang sembarangan. Tetapi, orang yang mampu dan mau mengorbankan nyawanya untuk saya.”

Gemuruh tepuk tangan memenuhi ruang kelas itu. Siswi itu duduk kembali ke bangkunya. Kegiatan belajarpun kembali di lanjutkan oleh ibu guru.


0 Comments
Tweets
Komentar

0 komentar:

Posting Komentar