Waduuuh… kayaknya kamu yang doyan metal pagi ini masih ada yang
ngantuk gara-gara nonton konser Metallica semalam ya. Ckckckck.. ngenes
juga sih kalo sampe lupa semuanya, termasuk nggak shalat gara-gara
bela-belain nonton konser Metallica. Miris juga kalo ngeliat betapa
antusiasnya remaja (dan juga remaja generasi 90-an alias yang udah pada
tua untuk ukuran jaman sekarang) tumplek-blek di Gelora Bung Karno untuk
jejingkrakan bersama band metal asa Los Angeles itu (kalo ke tempat
pengajian gitu nggak ya?). Nah, meski demikian, tentunya ada juga remaja
dan mahasiswa yang nggak ikut-ikutan menjerumuskan dirinya di arena
tersebut. Selamat buat kamu yang masih istiqomah di jalan Islam.
Oke brro, sahabat potret kehidupan, meski udah lewat penerimaan mahasiswa
baru secara nasional, lewat SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri) yang seleksi mandiri di perguruan tinggi swasta, namun
gaulislam mau bahas ah. Bukan soal gimana ujiannya tentu, tetapi gimana
kiprah masa depan kamu sebagai mahasiswa muslim.
Kalo sekarang udah jadi mahasiswa, tentu bukan saatnya main-main lagi
(sebenarnya dari SD sampe sekarang juga udah nggak main-main soal
pendidikan dan masa depan). Bro en Sis, masa kuliah adalah masa
penentuan spesifikasi masa depan kamu. Ya, meskipun nggak sedikit juga
orang yang salah ngambil jurusan. Atau pekerjaan yang didapat setelah
lulus kuliah, nggak sesuai dengan jurusannya. Tetapi yang pasti,
kehidupan harus terus berjalan dan banyak hal yang tetap bisa kamu
lakukan untuk masa depan keluarga, karir dan tentunya dakwah serta
perjuangan Islam juga dong. Jadilah mahasiswa “dunia-akhirat” yang emang
harus berprestasi dengan benar dan baik demi kehidupan di dunia dan
juga mencari bekal untuk kehidupan akhirat kelak.
Pilih sesuai minatmu
Emang sih, kalo sekarang udah telat nulisnya. Hehehe.. soalnya pasti
kamu udah nentuin pilihannya dan udah keterima di fakultas idaman kamu
semua. Tetapi bagi yang kebetulan saat ini memilih mau kerja dulu atau
masih mikir-mikir antara kerja dan kuliah, ya jadikan celotehan saya di
tulisan ini sebagai panduan. Bisa juga buat kamu yang ingin masuk ke
perguruan tinggi swasta masih ada waktu buat milih bidang keahlian
sesuai minatmu.
Ini harus direncanakan lho. Biasanya, sebelum UN siswa galau tingkat
galaxy dengan UN nya. Tapi, setelah UN berakhir, justru beban itu malah
nambah berat. Sebab, doi pasti kebingungan bakal nerusin kuliah di mana,
jurusan apa, tesnya susah, apalah segala macem. Ampe, numbuh jerawat
tuh mikirin gituan doing. *lebay
Sebenernya sih, masalah-masalah yang bikin galau calon mahasiswa baru
itu, bukan hal yang harus jadi beban. Sebab, kita juga jangan
menyingkirkan peran Allah Swt. Sebagai penentu kehidupan kita di masa
depan, Allah maha tahu. Jadi, kita juga mesti minta petunjuk yang
terbaik padaNya.
Terus, sebelum memilih dari pilihan-pilihan yang banyak di hadapan
kita itu, kita juga harus nentuin dulu, “mau jadi apa kita di masa
depan?”. Nah, caranya adalah dengan mengenali potensi yang ada dalam
diri kita, belajar sedikit demi sedikit bidang yang kita ingin capai.
Ya, minimal kenalan dulu lah sama bidang yang mau kita geluti. Kemudian,
kita harus pantaskan diri kita juga dengan cita-cita yang kita ingin
capai. Kalo kamu pengen jadi tenaga kerja siap pakai berarti milih ambil
teknik misalnya komputer, desain grafis dan sejenisnya. Boleh juga
ambil kursus dah.
Oya, yang paling penting, yang harus diingat nih, kuliah itu bukan
ajang buat ngejar IPK gede buat nyari kerja. Beberapa perusahaan mungkin
masih peduli dengan nilai di IPK, tetapi banyak juga perusahaan yang
udah mulai ninggalin soal itu. Mereka lebih memilih calon karyawan yang
skill-nya nggak jeblok-jeblok amat, tetapi memiliki attitude alias sikap
yang bagus. Dunia kerja bukan cuma butuh hard skill, tapi juga butuh
soft skill. Kalo kuliah cuman buat ajang gaya-gayaan?. Siap-siap
bangkrut di masa depan. Kuliah capek-capek tapi nggak dapat kehalian
yang diinginkan karena kebanyakan main-main. Akur? Tos dah!
Jadi mahasiswa berprestasi
Jadi mahasiswa berprestasi itu bukan cuma karena IPK dengan predikat
cumlaude atau di atasnya ya broo. Sebab, kalo isi otak kita apa
yang ada di buku semua, itu belum cukup buat kamu jadi mahasiswa
berprestasi yang sesungguhnya.
Sobat potret kehidupan, misalnya aja kamu bisa nentuin bahwa mahasiswa
berprestasi itu, harus jadi idaman dosen, idaman kelas, keluarga, dan
yang paling utama diridhoi Allah Swt. Sebab, kepribadian seseorang itu
nggak dapet ditentuin dari text book. Tapi, sebagai muslim, kepribadian kita harus terbentuk dari keseimbangan antara pola pikir dan pola sikap yang islami.
Aplikasi dari kriteria mahasiswa berprestasi, kita harus ngerti dunia
kampus yang nggak cuma jadi tipe mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang,
kuliah pulang). Tetapi cobalah kamu gaul ama mahasiswa lainnya dan
gabung dengan berbagai komunitas di dalamnya. Tentu saja komunitas atau
organisasi yang bermanfaat. Sebab, nggak bakal dapet bagaimana caranya
membuat proposal dengan baik dan benar, nyari donatur acara, gimana
caranya melobi sponsor—yang semua itu dibutuhkan di dunia kerja dan di
masyarakat nantinya, tanpa kita ikut kegiatan organisasi kampus. Sebab,
perusahaan atau masyarakat juga bagian dari organisasi. Sehingga, di
kampus adalah kesempatan buat kamu bisa belajar berorganisasi, nggak
cuma kuliah doang.
sahabt potret kehidupan, kita juga nggak bakal dapet ilmu agama yang mempuni, dari
mata kuliah yang cuma 2 SKS selama masa perkuliahan berlangsung.
Padahal, ilmu agama bisa mendorong kecerdasan kita lho. Islam juga bisa
dorong kita buat terus belajar, berpikir cemerlang, dan berkhlak mulia. So, kita jangan mau diperbudak sama ilmu yang hanya berorintasi kerja aja atau urusan dunia lainnya.
Nah, yang oke itu, tawazun atau seimbang antara bekal dunia dan
akhirat. Islam nggak melarang kita buat nyari kehidupan dunia, tetapi
dunia bukan tujuan utama, hanya sebatas pelengkap agar kita bisa
menikmati kehidupan ini dan mendukung amal shalih yang kita lakukan. Di
kampus, kita bisa bertawazun dengan cara aktif mengikuti kegiatan
kampus. Apalagi, mahasiswa itu biasanya kreatif-kreatif lho, di kampus
saya juga nggak kehitung deh berapa banyak organisasi yang ada, dari
mulai resmi sampe underground ada.
Nah, bagi kita-kita nih remaja muslim, kita mestinya ikutin kegiatan
kampus yang membahas keislaman, supaya kita bisa dapet ilmu-ilmu Islam,
sebagai penyeimbang dan untuk mencapai ridho Allah.
Kuliah yes, dakwah yes!
Kuliah itu amanah
dari orang tua kita, yang ingin melihat anak-anaknya bahagia di masa
depan. Itu sebabnya, kita juga jangan menyepelekan, apalagi mengabaikan
kewajiban kamu dalam belajar. Sebab, itu bisa membahatakan masa
jabatanmu sebagai mahasiswa. Namun demikian, dengan aktif di kelas,
jangan jadi alasan kita lupa amanah dari Allah untuk menyebarluaskan
Islam dengan dakwah.
Dakwah jangan dianggap sebagai beban, justru dakwah adalah sebuah
keistimewaan yang diberikan Allah pada kita.
Allah Swt. berfirman:
“Kalian
adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh
(berbuat) kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran dan kalian
beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran [3] : 110)
Jangan pernah, kita berfikir. Saat jadi aktivis dakwah kuliah jadi
terbengkalai. Itu salah besar, sebab Islam tidak mengajarkan hal itu.
Islam mengajarkan kita untuk terus merenungi ayat-ayat Allah agar kita
berfikir. Ilmuwan-ilmuwan muslim pada masa kejayaan Islam, selain mereka
seorang ilmuwan yang berkrya di bidang iptek, banyak di antara mereka
juga merupakan para mujtahid. So, nggak jadi alasan buat kita jadi unggul dalam beberapa bidang tetapi matang dalam ilmu keislaman. Keren!
Merancang target sejak dini
Buat eksis dalam keilmuan, solusinya ada pada kedisiplinan kita
mengatur waktu agar kegiatan kita jadi lebih efektif dan efisien.
Sebagai mahasiswa yang juga aktivis dakwah, kita kudu bisa ngatur jadwal
kita di kelas, dakwah, dan posisi kita sebagai anak di keluarga. So, perlu ada target yang kudu dicapai dengan merealisasikan hal-hal berikut.
Pertama, jadi yang unggul di kelas. Meski kesibukan mendera, jangan
sampai kelas kita jadi korban. Kalo kebetulan nggak bisa masuk kelas
kamu kudu siap dengan konsekuensinya, tetapi bukan karena malas, tetapi
karena ada alasan yang syar’i (sakit, urusan keluarga) dengan surat
izin. Terus, kalau memang dosen nya “lumayan” usahakan tetep masuk.
Hehehe.. lumayan apa ya? Kamu tahu deh maksud saya.
Deketin temen yang sering masuk, biar bisa nanya-nanya masalah tugas,
dan berusahalah buat beresin tugas-tugas yang diberikan dosen tepat
waktu. Saat kita masuk kelas duduklah di barisan paling depan, biar
dosen hapal wajah dan nama kita. Bener lho. Silakan dicoba. Namun alasan
duduk di awal sebenarnya buakn soal itu, tetapi menunjukkan kamu siap
mendapatkan ilmu dengan serius karena bisa lebih dekat menyimak
penjelesan dosen.
Kedua, jadi anak yang berbakti. Sibuk kuliah bukan berarti melupakan
orang tua, dan kewajiban mentaati mereka. Karena, gimanapun ridho Allah
tergantung pada ridhonya mereka. Berikan kepada mereka pemahaman, bahwa
kita adalah agent of change kearah yang lebih baik. Kita ingin
jadi orang bermanfaat untuk umat ini. Dan kita harus buktiin ke ortu
kita, kalo kesibukan dakwah nggak pengaruhi IP kita. Itulah pentingnya
tanggung jawab.
Ketiga, buatlah cara mengatur waktu kita, biar nggak berantakan. Kita harus buat job desc
dalam hidup kita. Bikin deh time line di setiap rutinitas kita. Itu
buat nunjukkin keseriusan kita menuai keberhasilan masa depan kita.
Terus, jangan lupain visi jangka pendek yang kita ingin capai ya. Biar
masa depan kita jelas. Ayo mulai sekarang bikin ya!
Keempat, jadi pejuang Islam sejati. Tunjukin identitas kita sebagai
pemuda pejuang Islam sejati. Muslim yang selalu berpegang teguh pada
al-Quran dan as-Sunnah. Memperjuangkan Islam, giat menghadiri
majlis-majlis ilmu. Mahasiswa yang menjadikan surga sebagai visi yang
harus dicapainya dengan mencari ridho Allah.
Sahabat poptret kehidupan, Islam memiliki banyak pejuang, dan akan selalu ada.
Semoga kamu satu di antaranya. Namun, tak semua dapat bertahan
mempemperjuangkan Islam. Hanya orang-orang pilihanlah yang akan
bertahan. Sebab hidup adalah pilihan. Pilihan untuk menjadi lebih baik
dengan Islam atau terhina karena meninggalkan Islam.
Oke, semangat saudaraku. Kalian adalah generasi pejuang Islam
selanjutnya. Jadikan peran kamu sebagai mahasiswa untuk menunjukkan
betapa dakwah tetap menjadi prioritas kewajibanmu. Jadilah mahasiswa
‘dunia-akhirat’—memikirkan kehidupan dunia sekaligus masa depan di
akhirat. Semangat!
Mahasiswa "Dunia Akhirat"
on